Aku melihat jarak dekat,
Masih melihat dari dekat,
Seimbas wajah tua,
Sekias tawa sembunyi kelabu,
Aku tahu,
Aku tahu yang senyum tawa itu palsu,
Yang tercipta nyanyian itu semua tipu,
Seluruh plastik.!
Dari dalam diri aku rasa kan binasa yang terselumbar terselit masih kaku di dalam mu,
Kerangka masih gagah atau sengaja buat alah.
Suku dari aku sudah pun melayang terbang,
Tapi tetap kau dengan sebatang tiang,
Dari wajah mu,
Aku mengerti yang luka itu masih basah,
Bisa kering di sagat semula oleh semua,
Aku bersalah,
Aku bersalah,
Kami semua bersalah.
Bnyak sisa aku jadi kan dosa telan abis segala rasa,
Kau tetap dengan alah walau bertambah gundah,
Tak henti henti mengintai rezeki untuk suap aku adik beradik,
Dulu selalu ditempat untuk menjahit,
Walau semua urusan kau tak pernah merenget,
Tentang pengorbanan mak.
Mak aku tetap hebat di mata aku walau ayah selalu meragam.
Walau ayah meragam,
Ayah juga tak aku lupa,
Segala ape tengking bukan makna aku benci, buruk buruk tetap orang tua kandung aku.
No comments:
Post a Comment